Category Archives: International

Informasi internasional

France Culture Fest 2014 di Polinema

Grup Band asal Prancis manggung di Graha Theater Politeknik Negeri Malang, Kamis malam (5/6). Dalam rangka memeriahkan Festival Musim Semi, IFI (Institut Francais Indonesia) yang bekerja sama dengan Warung Prancis Polinema serta UKM Seni Theatrisic menyelenggarakan konser lintas benua ini. LPM KOMPEN mendapat kesempatan untuk sedikit mengorek tentang band Prancis yang beranggotakan Lucas Martinez (vocal), Luic (bass), dan Simon (drum).

Image

Aksi panggung Lucas Martinez (vokal) diikuti sorak penonton di Graha Theater Polinema (05/06).

Pemberian kenang-kenangan kepada Dissonant Nation dari perwakilan UKM Seni Theatrisic (05/06).

Pemberian kenang-kenangan kepada Dissonant Nation dari perwakilan UKM Seni Theatrisic (05/06).

Berikut hasil wawancara kami kepada ketiga personil Dissonant Nation setelah perform di acara France Culture Fest 2014.
K: Dissonant Nation, apa artinya?
DN: Dissonant Nation berarti banyak orang yang berkumpul dan berteriak bersama-sama ditengah musik yang tidak harmonis. Sedangkan kata “nation” sendiri diambil dari album band rock Amerika, Sonic Youth yang berjudul Daydream Nation. Kami terinspirasi band tersebut.
K: Apa yang membuat anda berbeda dari band rock lainnya?
DN: Kami yakin hanya ada satu band di dunia ini yang bernama Dissonant Nation. Ini membuat pendengar lebih mudah “mencari” kami di internet, haha. Sekarang, hal ini sangat penting.
K: Dari mana kalian berasal?
DN: Simon berasal dari Marseille, Prancis Selatan, Lucas dan Luic berasal dari Aubagne, kota kecil yang dekat dengan Marseille.
K: Kemudian bagaimana kalian bisa membuat Dissonant Nation?
DN: Awalnya saya (Lucas) dan Luic bermain instrumen di rumah masing-masing, kami sering perform di Prancis dan kemudian kami bertemu Simon pada tahun 2010. Akhirnya kami membuat band ini dan memutuskan untuk rekaman album pertama pada tahun 2012. Album ini akan dirilis September tahun ini di Prancis, Belgia, dan Swiss. Tapi kamu juga bisa mendapatkannya di Itunes dan Amazon.com.
K: Apakah kalian hanya mengunjungi Indonesia di benua Asia?
DN: Kami perform di Vietnam minggu lalu, kemudian di Indonesia, kemudian Kamboja dan juga Laos minggu depan.
K: Berapa lama kalian di Indonesia?
DN: Kami sudah di Indonesia selama 12 hari.
K: Apa yang kalian sukai di Indonesia?
DN: Apapun, cuacanya, orang-orangnya, dan yang pasti makanannya.
K: Makanan apa yang kalian sukai?
DN: Kami sangat menyukai masakan yang pedas, masakan yang digoreng, saya (Lucas) juga menyukai cocojuice (es degan, red), hahah.
K: Sebenarnya apa genre musik kalian?
DN: Kami berada diantara indie rock, punk rock, dan indie pop.
K: Apakah ada musisi yang kalian idolakan dan mempengaruhi musik Dissonant Nation?
DN: Banyak musisi tahun 60an yang menginspirasi kami, tapi kami mencoba untuk membuat sesuatu yang baru, bukan mengimitasi mereka.
K: Apa yang selalu kalian lakukan untuk penonton yang datang ke konser kalian?
DN: Mungkin tak banyak berbeda dari kebayakan band pada umumnya, tapi kami selalu berusaha untuk membawa penonton ke alam semesta yang kami buat.
K: Apa rencana selanjutnya setelah kalian berkeliling dan menyelesaikan tour ini?
DN: Kami akan melakukan rekaman untuk album yang kedua di Marseille dan sepertinya juga Bali.
K: Apa yang ingin kalian katakan untuk band remaja di Indonesia yang menyukai musik seperti kalian?
DN: Yang harus kalian lakukan hanyalah terus mencoba dan berlatih, dan yang terpenting adalah mencoba sesuatu yang baru dengan cara kalian sendiri.
K: Terakhir, negara apa yang ingin kalian kunjungi dan perform disana?
DN: Banyak sekali, tapi untuk saat ini kami ingin mengunjugi Brazil, Bolivia, dan Meksiko. Merci Polytechnique de Malang.
K: Merci Dissonant Nation, ravi de vous rencontrer (terima kasih Dissonant Nation, sangat senang bertemu dengan kalian)
DN: Ravi de vous rencontrer trop, sama – sama, hahaha.

Sesi foto tim LPM KOMPEN bersama ketiga personil Dissonant Nation (05/06).

Sesi foto tim LPM KOMPEN bersama ketiga personil Dissonant Nation (05/06).

Mulanya Warung Prancis mendapat tawaran yang diberikan kepada IFI untuk menyelenggarakan festival di kampus Polinema, dan tawaran tersebut diterima oleh Bapak Doddy Maulana, SE.,MT.,MSc selaku penanggung jawab Warung Prancis Polinema. Dari sini kepercayaan Bapak Doddy diserahkan kepada pihak UKM Seni Theatrisic untuk melancarkan acara ini.

“Lumayan senang sih, Theatrisic dipercaya Pak Doddy, tapi sebelumnya saya juga mempertimbangkan dengan ketua umum Theatrisic dan anggotanya. Apakah kami sanggup membantu Pak Doddy sebab acara ini berdekatan dengan program kerja kami, Beat Attack (31/5) dan Theatrisic Anniversary (03/06),” aku Nawir S. Abdat, ketua pelaksana acara.

Kedekatan hubungan antara pihak Warung Prancis Polinema dan UKM Seni Theatrisic ini bermula ketika keduanya bekerjasama untuk mengadakan acara fotografi yang berlangsung akhir tahun kemarin. Serta dengan alasan kegiatan yang mengusung tentang musik memang merupakan bagian dari tugas UKM Seni Theatrisic untuk menampilkannya. (Yulvan, Budi, dan Vicar)

New arrivals on Gaza streets: Luxury cars smuggled from Libya

GazaStreet
In this photo taken on May 18, 2011, a Palestinian worker cleans a Korean-made car that was smuggled from Libya via the Rafah border between Egypt and Gaza Strip, outside a car exhibition in Gaza City. (AP)

GAZA CITY, Gaza Strip: Luxury cars with Libyan plates are becoming a common sight in the Gaza Strip, a surprising side-effect of the unrest in the north African country.

Most of the cars in Hamas-ruled Gaza — an impoverished territory subject to border restrictions by Israel and Egypt — are old models, battered and much-repaired. The gleaming new arrivals, sold in Egypt by Libyan refugees and then smuggled through underground tunnels into Gaza, are easy to spot.

Sufian Ahmad, a 36-year-old storeowner, said he had decided to buy a new Kia SUV for $50,000. Continue reading